Cerpen
Hai smua.. Cerpen yang gw tulis disini cerpen yg udh lama buanget jaman2 masih alay jd masi kek gini so yeahh masi cerita biasa bgt.. tapi buat kedepannya gw usahain buat ngeimprove kmampuan gw.. kuy lgsg dibaca ajaa
Petunjuk
Tak disangka hari ini tiba. Kami semua dipilih untuk pergi menjelajah hutan. Sekolah kami yaitu SMA 88 memang selalu mengadakan program setiap tahunnya. Program ini dilaksanakan untuk memberitahukan bahwa hutan itu sangat diperlukan untuk semua makhluk hidup. Siswa yang dipilih harus memenuhi kriteria yaitu, pintar, tangguh, dan pantang menyerah. Dan aku Karen terpilih menjadi salah satu siswa yang akan menjelajah hutan. Sungguh senang rasanya aku bisa pergi menjelajah hutan. Ini merupakan salah satu dari sekian banyaknya impian yang aku miliki. Tapi ada satu hal yang mebuatku sangat jengkel. Temanku bernama Cecil yang sok cantik dan sombong itu harus pergi bersama denganku. Untung saja kedua sahabatku ikut denganku. Mereka bernama Chaca dan Kartika. Kami bertiga selalu bersama dan mengalami suka duka bersama. Kami berempat merupakan perwakilan sekolah yang bertugas untuk menjelajah hutan di Indonesia. Pada tahun ini kami bertugas untuk pergi ke hutan di Kalimantan. Tentu saja hutan yang kami kunjungi aman karena didalamnya tidak terdapat binatang buas. Program ini akan kami laksanakan dua bulan mendatang.
Hari-hari berlalu dengan cepat. “Karen besok kita akan pergi. Pasti kamu senang banget kan?”, ucap Chaca. “Iya, aku sudah gak sabar nih,” kataku. Pada saat jam pelajaran Bahasa Inggris kami dipanggil oleh kepala sekolah kami untuk meberitahukan apa saja yang harus kami bawa. “Ihh banyak sekali sih barang yang harus dibawa!” keluh Cecil. “Sudah lah Cil kamu jangan hanya mengeluh saja. Harusnya tuh kamu bangga karena kamu sudah dipilih sebagai perwakilah sekolah,”tutur Kartika. Aku dan Chaca hanya menganguk-angguk kepala saja tanda kami setuju dengan Kartika. “Terserah kalian saja. Biar kalian tahu aku tuh nanti gak boleh sampe hitam kulitnya, jadi aku harus bawa beberapa peralatan yang bisa buat bikin kulitku tetap halus dan putih. Nanti aku juga haru bawa minyak wangi yang papiku beli di Prancis. Baju-baju aku juga bahannya tebal dan nyaman jadi nanti berat bawanya!”kata Cecil marah. “Kamu itu mau ikut atau enggak sih sebenarnya?” kata Chaca kesal. Kami bertiga pun hanya diam saja karena tidak biasanya kami melihat Chaca marah. Chaca adalah anak yang ramah dan baik. Sementara Kartika cerewet
Hari yang kutunggu-tunggu pun tiba.Semua perasaanku bercampur aduk antara senang, sedih, juga takut. Saatnya untuk pergi meninggalkan Jakarta. Kami semua terbang menuju Kalimantan. Beberapa jam berlalu dan kami harus pergi ke hutan yang akan kami tuju dengan mobil dan kapal. Sangat melahkan tentunya. Saat sampai disana kami merasakan perbedaan suasana antara Kalimantan dan Jakarta. Di hutan ini kami meraskan udara yang sangat sejuk dan pemandangan yang indah. Sedangkan, di Jakarta kami haru menghirup udara yang tercemar dan pemandangan yang dilihat hanyalah gedung-gedung tinggi. “Duh akhirnya sampai juga,”kataku gembira. Aku dapat melihat senyum disetiap wajah teman-temanku. “Sekarang kita harus bersatu ya. Jangan sampai kita bertengkar, karena kita harus bekerjasama,” kata Chaca. “Iya!”, seru kami kompak. Kami pun menghabiskan waktu bersama. Mulai dari membuat tenda, memasak, dan membuat api unggun. Malam pun tiba kami bersiap-siap untuk tidur. Kami semua masuk ke tenda kami masing-masing.Aku merasa sedih karena selama beberapa hari ini aku harus berpisah dengan orangtuaku. Biasanya aku menghabiskan waktuku dengan bercanda dengan mamaku. Sekarang aku tidak dapat melakuakannya. Aku pun tertidur. Matahari terbit tanda pagi tiba membangunkan diriku. Aku membangunkan teman-temanku. Setelah itu kami sarapan lalu berganti baju. Lalu kami membereskan perlengkapan kami. Hari ini kami harus mulai membuat naskah tentang pentingnya hutan. Kami berempat pergi menjelajah. Dalam hutan kami melihat beragam tumbuhan yang jarang kami lihat. Rasa lelah kami pun terbayar dengan pemandangan air terjun yang sangat indah. Kami pun kembali ke tempat kemah kami karena sebentar lagi matahari akan terbenam. “Eh makan yuk udah lapar nih!”, ucap Cecil. “Ayo!”, seruku gembira. Kami makan dengan lahap. Setelah makan kami berganti baju lalu tidur. Hari-hari pun berlalu dan kami melakuakan aktivitas yang hampir sama setiap harinya.
Entah kenapa hari ini aku perasaanku tidak seperti biasanya. Aku tidur dengan penuh kegelisahan. “Kalian merasa gelisah gak?”,tanyaku penasaran. “Gak kok, kamu aja yang aneh!”,kata Cecil ketus. “Gak kok Karen. Mungkin kamu kangen kali sama mama papamu, jadinya kamu merasa gelisah,” ucap Kartika menenangkanku lalu memelukku. “Terimakasih ya teman-teman,” kataku. Chaca menganggukan kepala.Saat pulang menjelajah kami mendengar suara yang tidak asing. Kami mendengar suara banyak orang serta suara knalpot kendaraan bermotor. Kami berempat pun kaget saat melihat mereka turun dari kendaraan. “Itu mereka ngapain?” tanya Chaca. Aku hanya bengong saja dan mencoba untuk mengetahui apa tujuan mereka. Kami berempat langsung bersembunyi. “Tuh kan benar kataku,” ucapku berbisik. Teman-teman yang lain menyuruhku diam.
Mereka pun pergi setelah memeriksa sekitar hutan. Kami langsung berkumpul. “Kira-kira mereka itu mau ngapain ya?”, tanya Kartika. “Biasanya orang-orang ke hutan mau ngapain ya selain mau berkemah?”,tanyaku. “Jangan-jangan mereka..”,ucap Chaca. “Mau tebang hutan buat bikin lahan!”, seru Cecil mencela pembicaaan Chaca. “Iya bener tuh.”,ucapku. “Kita harus bikin rencana buat gagalin penebangan hutan ini! Kan kita disuruh membuat naskah tentang pentingnya hutan, masa mau kita diamkan saja yang kayak begini.”,ucap Kartika. “Kalian aja ya yang bikin aku udah cape, mau tidur”, ucap Cecil lalu langsung pergi ke dalam tendanya. “Ya terserah kamu, kita semua sebenernya cape juga kok.”, ucap Kartika kesal. Kami bertiga mulai menyusun rencana di dalam tendaku. Kami tidak tahu bagaimana keadaan Cecil karena letak tenda Cecil agak jauh dari kami. Rasa kantuk tidak dapat ditahan kami bertiga tidur dalam tendaku. Kami bertiga terbangun karena ada suara yang sangat berisik. Ternyata merka adalah seorang kelompok yang akan menebang hutan. Karena jumlah mereka yang banyak kami tidak dapat melawan mereka. Kami bertiga menjatuhkan beberapa barang kami agar Cecil bisa mengikuti kami.
“Karen, Chaca, Kartika kalian dimana?” tanya Cecil ketakutan. Ia melihat salah satu barang milik Kartika. “Ini kan ikat rambut Kartika, itu jepitan milik Karen, itu gelang Chaca. Kok barang-barang mereka jatuh semua sih? Gimana kalo aku ikutin aja ya barang-barang mereka?” ucap Cecil berbicara dengan dirinya sendiri. Cecil terus mengikuti barang-barang milik temannya. “Ya Tuhan ternyata mereka diculik sama yang mau nebang hutan itu!” kata Cecil dengan suara yang pelan. Cecil melihat ketiga temannya sudah diikat. Mereka mengisyaratkan bahwa Cecil harus pergi. Cecil ingin menghubungi Pamannya yang berprofesi sebagai polisi hutan. Tetapi karena didalam hutan Cecil tidak dapat menghubungi Pamannya. Ia langsung lari mencoba keluar dari hutan. Dengan bekal keberanian Cecil berhasil sampai di kantor polisi tempat pamannya bekerja. “Ada masalah apa Cecil kamu harus datang kesini keringatan pula?” tanya paman kepada Cecil. “Itu paman ada yang mau menebang hutan. Mereka juga menculik ketiga temanku. Cepat paman tolong aku!” kata Cecil gelisah. “Mari kita pergi!” ucap paman kepada timnya. Mereka dengan cepat pergi ke tempat yang aku bilang. Tentu saja para pekerja yang akan menebang hutan kaget setelah melihat tim pamanku. Bawahan amanku langsung menghentikan pekerjaan mereka lalu memakaikan mereka borgol. Pamanku langsung membuka ikatan yang ada ditubuh temanku.
Cecil menghampiri ketiga temannya. “Kalian tidak apa-apa kan?” tanya Cecil prihatin. “Iya kami gak papa kok,”ucapku. “Terimkasih ya sudah menjadi penolong kami. Kalau kamu gak menolong kami bisa saja kami mati kelaparan disini,”ucap Kartika. Chaca memeluk Cecil tanda ucapan terimakasih kepadanya. “Sama-sama,”ucap Cecil sembari tersenuyum.
Saatnya kami meninggalkan Kalimantan. Dalam pesawat kami tertidur pulas. Setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta kami langsung mencari orangtua kami. Aku sangat senang karena bisa sampai di Jakarta dengan selamat dan dapat memeluk kedua orangtuaku.
Sudah saatnya kami mempresentasikan naskah kami di depan seluruh warga sekolah. Tak lupa kami menceritakan pengalaman kami. “Kerjasama sungguh diperlukan dalam berpetualang. Sungguh merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Jangan sekali kali kamu berbuat jahat.Sayangilah hutanmu dan jangan merusaknya”, ucapku mengakhiri presentasi kami.
Comments
Post a Comment